Sampah domestik adalah limbah yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga, perdagangan, perkantoran, dan fasilitas sejenis. Seperti namanya, sampah ini dihasilkan dari tempat-tempat tersebut oleh atau atas nama penghuni yang memproduksi limbah.
Tentu saja, sampah domestik muncul begitu saja tanpa pertimbangan khusus seperti pembayaran, kompensasi, atau keuntungan lainnya. Banyak data telah ditemukan mengenai dampak negatif dari pengelolaan sampah domestik buruk, termasuk pencemaran air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga.

Jenis-Jenis Sampah Domestik
Sampah domestik atau sampah rumah tangga adalah salah satu penyebab pencemaran tanah, air, dan udara, sehingga penting untuk mempelajari pengelolaan sampah domestik lebih lanjut. Setidaknya ada dua jenis utama sampah domestik yang perlu kamu ketahui, yaitu:
Sampah Cair Domestik
Sampah cair domestik adalah cairan yang berasal dari aktivitas rumah tangga dan industri kecil, termasuk air bekas cucian, air bekas mandi, dan kotoran manusia. Tentu saja, jenis sampah ini mengandung bahan kimia dari sabun mandi, deterjen, minyak, serta kuman dan bakteri.
Sampah Padat Domestik
Dalam volume kecil mungkin tidak berbahaya. Namun, jika menumpuk dalam jumlah besar, sampah ini bisa mencemari lingkungan, terutama sumber air di sekitar pemukiman. Sampah padat domestik adalah limbah yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga dan sering kali bisa kamu temukan di sekeliling. Contohnya mencakup kertas, pakaian, botol plastik, perabot rumah tangga, peralatan elektronik, dan lainnya.
Sampah anorganik keras ini sulit terurai oleh tanah dan sering kali dibiarkan menumpuk selama bertahun-tahun di tempat pembuangan akhir, atau bahkan dibakar. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan pengelolaan sampah domestik agar penggunaannya bisa dioptimalkan dan pencemaran tanah bisa dihindari.
3 Dampak Tidak Ada Pengelolaan Sampah Domestik
Kesadaran akan pengaruh sampah rumah tangga terhadap masyarakat dan ekosistem sangat penting. Sayangnya, masih banyak orang yang belum menyadari pengelolaan sampah domestik. Membuang sampah rumah tangga tanpa melalui proses pengolahan bisa memberikan dampak negatif jangka panjang terhadap keberlanjutan ekosistem. Beberapa dampak dari pembuangan limbah cair dan padat ke lingkungan meliputi:
Dampak terhadap Kesehatan
Sampah cair dari toilet mengandung bakteri E. Coli yang bisa menyebabkan berbagai penyakit perut seperti tipus, diare, dan kolera. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah toilet bisa meresap ke dalam sumur, terutama jika jaraknya tidak cukup jauh dari septic tank, yang sering terjadi di permukiman padat.
Air yang terkontaminasi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jika digunakan tanpa dimasak, seperti gatal-gatal, diare, bahkan gangguan ginjal dan hati. Sampah padat yang membusuk juga bisa menghasilkan gas beracun seperti asam sulfat, metana, dan amonia. Pembuangan langsung ke perairan dapat mencemari air serta lingkungan di sekitarnya.
Dampak terhadap Lingkungan
Sampah cair domestik yang mengandung bahan kimia dari deterjen bisa memengaruhi tingkat keasaman atau pH tanah. Sementara itu, limbah yang mengandung bahan kimia yang dibuang ke sungai bisa membahayakan tumbuhan dan hewan yang hidup di dalamnya. Hal ini bisa merusak ekosistem sungai secara keseluruhan dan mengganggu keseimbangan ekologis.
Dampak terhadap Estetika
Semua sampah yang tidak diolah dapat menimbulkan bau tidak sedap dan merusak pemandangan lingkungan. Ini akan menciptakan lingkungan yang tidak nyaman dipandang dan menurunkan kualitas hidup di sekitarnya.
Untuk mengatasi masalah limbah cair rumah tangga, kamu bisa menerapkan metode Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). IPAL, yang sering disebut sebagai septic tank untuk limbah toilet, merupakan sarana pengolahan limbah cair dari toilet, air cucian, dan air mandi. Jadi, penting untuk memahami jenis-jenis sampah domestik dan dampak buruknya.
7 Cara Mengurangi Pengelolaan Sampah Domestik
Setelah mengetahui dampaknya, kamu juga harus tahu bagaimana cara mengurangi sampah domestik di sekitarmu. Berikut adalah beberapa metode yang bisa kamu lakukan:
- Kurangi dan kelola sampah makanan dengan perencanaan belanja.
Kamu bisa memanfaatkan sisa makanan sebagai pupuk atau pakan ternak agar tidak terbuang sia-sia. - Gunakan tas belanja yang bisa dipakai ulang dan hindari penggunaan plastik.
Ini berlaku juga saat kamu membeli pakaian atau barang rumah tangga lainnya. - Ganti air minum dalam kemasan dengan botol air isi ulang.
Dengan begitu, kamu bisa mengurangi ketergantungan pada air kemasan yang menyumbang sampah plastik. - Beli makanan sesuai kebutuhan, lalu kurangi penggunaan plastik dari toko.
Membeli secukupnya akan membantu menghindari pemborosan sekaligus mengurangi sampah kemasan. - Gunakan wadah makanan yang bisa digunakan berulang kali.
Ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada kantong plastik. - Gunakan peralatan makan yang dapat digunakan kembali, seperti sendok logam dan serbet kain, agar tidak menambah limbah sekali pakai.
- Hindari penggunaan sedotan saat minum, baik dengan cara memesan tanpa sedotan atau membeli sedotan yang bisa digunakan kembali.

Berbagai Metode Pengelolaan Sampah Domestik
Saat kamu memikirkan tentang pengelolaan sampah domestik, mungkin hal pertama yang terlintas di benak adalah pembuangan di tempat pembuangan akhir (TPA). Namun sebenarnya ada berbagai metode lain yang lebih bermanfaat dalam mengatasi masalah sampah, seperti daur ulang, insinerasi, waste-to-energy, dan pencernaan anaerobik. Yuk kita bahas satu per satu secara lebih rinci.
Daur Ulang
Daur ulang merupakan bagian penting dari ekonomi sirkular karena melibatkan pengolahan material yang seharusnya menjadi sampah, lalu mengubahnya menjadi barang baru.
Daur ulang jauh lebih baik dibandingkan pembuangan karena mengurangi limbah sekaligus menekan jumlah energi yang dibutuhkan untuk memproduksi produk baru. Sayangnya, hanya 9% plastik yang didaur ulang di seluruh dunia. Perlu kamu tahu, proses daur ulang juga membutuhkan energi, sehingga langkah mengurangi sampah dan menggunakan kembali barang yang ada tetap menjadi pilihan terbaik.
Negara-negara maju umumnya sudah terbiasa dengan kegiatan daur ulang, meskipun kadang limbah daur ulang tersebut justru dikirim ke negara lain. Tidak semua limbah tersebut bisa benar-benar diproses ulang, dan negara penerima sering kali menanggung beban pembuangan. Contohnya, Malaysia pernah mengembalikan lima kontainer limbah plastik ke Spanyol karena terkontaminasi.
Insinerasi
Insinerasi atau pembakaran sampah dilakukan dengan cara membakar bahan berbahaya pada suhu tinggi untuk menghancurkan kontaminan. Metode ini dapat mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke TPA, sehingga memberikan dampak positif.
Namun perlu kamu perhatikan, insinerasi bisa melepaskan bahan kimia dan polutan ke udara yang berbahaya bagi lingkungan maupun kesehatan manusia.
Waste-to-Energy
Proses ini mengambil limbah non-berbahaya dan membakarnya, bukan membuangnya ke TPA. Salah satu kelebihannya adalah menghasilkan energi. Dengan begitu, sampah bisa diubah menjadi listrik atau tenaga uap.
Beberapa negara di Uni Eropa telah memanfaatkan metode waste-to-energy untuk memenuhi standar ESG. Bahkan di Eropa, nilai pasar metode ini mencapai sekitar USD 13,88 miliar pada tahun 2022 dan diprediksi tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 14,4% dari 2023 hingga 2030.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
TPA adalah lahan yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah padat. Sayangnya, metode ini sering mencemari tanah dan air tanah. Selain itu, TPA bertentangan dengan konsep ekonomi sirkular karena limbah tidak diproses ulang atau dimanfaatkan kembali dalam siklus kehidupan.
Anaerobik
Metode ini cukup menjanjikan karena melibatkan proses alami di mana bakteri memecah bahan organik (seperti sisa makanan atau kotoran hewan) tanpa kehadiran oksigen.
Hasil dari proses ini adalah biogas yang bisa dimanfaatkan sebagai energi. Maka dari itu, pencernaan anaerobik menjadi contoh nyata dari ekonomi sirkular karena bahan limbah digunakan kembali dengan cara yang bermanfaat.
Dengan memahami berbagai metode pengelolaan sampah domestik, kamu bisa mulai memilih cara yang paling tepat dan ramah lingkungan untuk diterapkan di rumah.